Halo sahabat, bagaimana
kabar anda minggu ini? Semoga kita semua slalu senantiasa diberi kesehatan dan
keberkahan dalam hidup ini, sehingga kita dapat menjalaninya dengan baik ya.
Amin ^_^
Sebelumnya, mohon maaf
kepada sahabat semuanya karena minggu lalu tidak posting artikel di blog ini
karena saya melakukan perjalan ke kampung halaman saya dimana disana tidak
mudah untuk mendapatkan sinyal yang bagus. Ya, tepat pada tanggal 29 agustus
lalu saya melakukan perjalanan ke pulau mentawai, tempat dimana saya di
lahirkan. Saya lahir pada tanggal 29 januari 1993 di kepulauan mentawai, dan
pada tahun 1995 keluarga saya pindah ke kota Padang dimana tempat kami tinggal
sekarang. Sejak dilahirkan hingga berusia 22 tahun, baru pertama kali inilah
saya mempunyai kesempatan untuk berkunjung kesana. Alhamdulillah, saya sangat
bersyukur sekali bisa berkunjung kesana walaupun hanya beberapa hari saja.
Karena itulah, saya ingin mengangkat topik kita kali ini, yaitu “Manusia Boleh
Berencana, Namun Tuhanlah Yang Menentukan”.
Seminggu sebelum
keberangkatan pada hari sabtu, mamak saya sudah menyebutkan bahwa kami akan
berangkat pada selasa pagi minggu itu jika cuaca dan ombaknya tidak besar. Ya,
manusia boleh berencana, namun Tuhanlah yang menentukan. Pada hari selasa pagi
itu, saya sudah bersiap-siap dengan perlengkapan yang akan saya bawa untuk 4
hari liburan di pulau mentawai, namun kami tidak jadi berangkat karena pada
hari itu ombak besar. Sempat mendapat gurauan dari kakak-kakak saya karena
tidak jadinya keberangkatan pada hari itu,namun saya pun hanya membalasnya
dengan gurauan pula bahwa ‘mentawai itu dekat,dan saya sudah pulang’. Hehe
Sebaik-baik rencana
manusia, rencana Tuhanlah yang paling baik, itulah yang slalu saya pegang jika ada
kejadian yang menimpa saya. Keberangkatan hari itu dibatalkan, karena mamak
saya juga takut dengan ombak besar yang akan mengguncang isi perutnya.
Akhirnya, beliau mengatakan bahwa kita coba lihat hari sabtu minggu ini, ‘kalau
kamu masih mau ikut ke siberut silahkan’,begitulah tutur si mamak. Mendengar
hal itu, saya pun sempat ragu karena saya juga punya agenda terjadwal pada tanggal
3-13 september, namun saya juga terus mencoba berpikir apa saja dampaknya jika saya akan tetap pergi pada hari sabtu.
Singkat cerita, sabtu
pun datang dan saya jadi berangkat meskipun si mamak sempat membuat saya ragu
untuk pergi karena beliau tidak istirahat dirumah dan baru datang pagi-pagi
diantar saudara yang lain dari rumahnya. Setiba mamak dirumah, saya langsung
bergegas mengambil barang dan memasukkan ke bagasi mobil saudara yang akan mengantar
saya dan mamak ke dermaga. Sepanjang perjalanan sebelum tiba di Dermaga, saya
terus berdoa semoga perjalanan kami dimudahkan dan lancar-lancar saja dan saya
bisa kembali tepat pada waktunya. Setiba di Dermaga, si mamak langsung membeli
2 tiket kapal untuk tujuan padang-mentawai, dan sebelum berangkat mamak dan
beberapa penumpang lainnya juga sarapan terlebih dahulu namun saya tidak ikut
sarapan karena pada hari itu adalah hari terakhir untuk mengganti puasa wajib
yang masih tertinggal.
Tepat pukul 07.30 wib, kapal berangkat
meninggalkan dermaga dan kami pun di bawa oleh kapal yang sangat cepat itu. Ya,
saya sangat menikmati perjalanan hari itu hingga sampai di suatu pulau. Selama perjalanan,
saya cukup banyak merenung karena terbayang betapa sulit dan besarnya
pengorbanan orangtua kami dulunya pulang pergi pulau untuk mencukupi kebutuhan
keluarga kami hingga mendapatkan kehidupan yang cukup bagus saat sekarang ini. Sebelum
pindah ke padang, orangtua saya merantau ke pulau mentawai yang dulu
fasilitasnya tidak seperti sekarang dimana kapalnya sudah ada ac, fasilitas
bagus, dan lainnya. Sementara dulunya, untuk kita pergi ke pulau itu saja butuh
perjalanan satu hari dan katanya juga apabila ada badai kapal akan berhenti
ditengah laut pada malam hari. Bagaimana pendapat anda sahabat?
Melalui perjalanan
singkat selama 4 hari itu, banyak hal yang saya pelajari, bahwa memanglah
manusia boleh mempunyai rencana, namun sebagus apapun rencana kita tetaplah
Allah swt yang menentukan. Ya, kakak saya pernah menceritakan bagaimana dulu
sang ayah berjuang untuk bisa mendapatkan kehidupan kami seperti layaknya
sekarang, perjuangan beliau di cemooh untuk jualan sana sini, diterjang ombak,
bahkan ceritanya sempat di usir ketika menumpang dengan salah satu keluarga kami
hingga akhirnya beliau bisa membuktikan bahwa ia bisa sukses dan berhasil
seperti sekarang. Alhamdulillah, Allah swt sudah mempercayakan banyak hal
kepada sang ayah dan itu semua tidak akan terjadi jika Dia tidak
mengkehendakinya.
Sahabat, sejauh ini
saya berharap kita semua dapat terus dan slalu harus untuk bersyukur kepada
Allah swt untuk setiap keadaan dan mempercayakan kepada Allah swt serta tidak
lupa pula berikhtiar dengan melibatkan-NYA. Karena sebagus apapun rencana kita,
jika Dia tidak menghendakinya rencana itu juga tidak akan berjalan sebagaimana
mestinya.
Baiklah sahabat, saya
rasa cukup dulu untuk cerita kehidupan kali ini. Saya ucapkan terimakasih
banyak sudah membaca postingan di blog ini, dan semoga saya bisa terus berbagi
pengalaman dengan anda semua sahabat. Semoga saya juga bisa menjalin
silaturahmi dengan anda melalui kolom komentar yang tersedia ataupun personal
chat social media lainnya. Terimakasih :D
NB:
- Mamak adalah panggilan kepada adik dari ibu di adat minangkabau
- Mohon maaf untuk pict yang bisa diambil cuma sedikit. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar