Terimakasih Telah mengunjungi Blog Ini. Semoga Bermanfaat ya & salam inspiratif :)

Minggu, 06 September 2015

“Manusia Boleh Berencana, Namun Tuhanlah Yang Menentukan”



Halo sahabat, bagaimana kabar anda minggu ini? Semoga kita semua slalu senantiasa diberi kesehatan dan keberkahan dalam hidup ini, sehingga kita dapat menjalaninya dengan baik ya. Amin ^_^

Sebelumnya, mohon maaf kepada sahabat semuanya karena minggu lalu tidak posting artikel di blog ini karena saya melakukan perjalan ke kampung halaman saya dimana disana tidak mudah untuk mendapatkan sinyal yang bagus. Ya, tepat pada tanggal 29 agustus lalu saya melakukan perjalanan ke pulau mentawai, tempat dimana saya di lahirkan. Saya lahir pada tanggal 29 januari 1993 di kepulauan mentawai, dan pada tahun 1995 keluarga saya pindah ke kota Padang dimana tempat kami tinggal sekarang. Sejak dilahirkan hingga berusia 22 tahun, baru pertama kali inilah saya mempunyai kesempatan untuk berkunjung kesana. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur sekali bisa berkunjung kesana walaupun hanya beberapa hari saja. Karena itulah, saya ingin mengangkat topik kita kali ini, yaitu “Manusia Boleh Berencana, Namun Tuhanlah Yang Menentukan”.
Seminggu sebelum keberangkatan pada hari sabtu, mamak saya sudah menyebutkan bahwa kami akan berangkat pada selasa pagi minggu itu jika cuaca dan ombaknya tidak besar. Ya, manusia boleh berencana, namun Tuhanlah yang menentukan. Pada hari selasa pagi itu, saya sudah bersiap-siap dengan perlengkapan yang akan saya bawa untuk 4 hari liburan di pulau mentawai, namun kami tidak jadi berangkat karena pada hari itu ombak besar. Sempat mendapat gurauan dari kakak-kakak saya karena tidak jadinya keberangkatan pada hari itu,namun saya pun hanya membalasnya dengan gurauan pula bahwa ‘mentawai itu dekat,dan saya sudah pulang’. Hehe
Sebaik-baik rencana manusia, rencana Tuhanlah yang paling baik, itulah yang slalu saya pegang jika ada kejadian yang menimpa saya. Keberangkatan hari itu dibatalkan, karena mamak saya juga takut dengan ombak besar yang akan mengguncang isi perutnya. Akhirnya, beliau mengatakan bahwa kita coba lihat hari sabtu minggu ini, ‘kalau kamu masih mau ikut ke siberut silahkan’,begitulah tutur si mamak. Mendengar hal itu, saya pun sempat ragu karena saya juga punya agenda terjadwal pada tanggal 3-13 september, namun saya juga terus mencoba berpikir apa saja dampaknya  jika saya akan tetap pergi pada hari sabtu.
Singkat cerita, sabtu pun datang dan saya jadi berangkat meskipun si mamak sempat membuat saya ragu untuk pergi karena beliau tidak istirahat dirumah dan baru datang pagi-pagi diantar saudara yang lain dari rumahnya. Setiba mamak dirumah, saya langsung bergegas mengambil barang dan memasukkan ke bagasi mobil saudara yang akan mengantar saya dan mamak ke dermaga. Sepanjang perjalanan sebelum tiba di Dermaga, saya terus berdoa semoga perjalanan kami dimudahkan dan lancar-lancar saja dan saya bisa kembali tepat pada waktunya. Setiba di Dermaga, si mamak langsung membeli 2 tiket kapal untuk tujuan padang-mentawai, dan sebelum berangkat mamak dan beberapa penumpang lainnya juga sarapan terlebih dahulu namun saya tidak ikut sarapan karena pada hari itu adalah hari terakhir untuk mengganti puasa wajib yang masih tertinggal.

  Tepat pukul 07.30 wib, kapal berangkat meninggalkan dermaga dan kami pun di bawa oleh kapal yang sangat cepat itu. Ya, saya sangat menikmati perjalanan hari itu hingga sampai di suatu pulau. Selama perjalanan, saya cukup banyak merenung karena terbayang betapa sulit dan besarnya pengorbanan orangtua kami dulunya pulang pergi pulau untuk mencukupi kebutuhan keluarga kami hingga mendapatkan kehidupan yang cukup bagus saat sekarang ini. Sebelum pindah ke padang, orangtua saya merantau ke pulau mentawai yang dulu fasilitasnya tidak seperti sekarang dimana kapalnya sudah ada ac, fasilitas bagus, dan lainnya. Sementara dulunya, untuk kita pergi ke pulau itu saja butuh perjalanan satu hari dan katanya juga apabila ada badai kapal akan berhenti ditengah laut pada malam hari. Bagaimana pendapat anda sahabat?











Melalui perjalanan singkat selama 4 hari itu, banyak hal yang saya pelajari, bahwa memanglah manusia boleh mempunyai rencana, namun sebagus apapun rencana kita tetaplah Allah swt yang menentukan. Ya, kakak saya pernah menceritakan bagaimana dulu sang ayah berjuang untuk bisa mendapatkan kehidupan kami seperti layaknya sekarang, perjuangan beliau di cemooh untuk jualan sana sini, diterjang ombak, bahkan ceritanya sempat di usir ketika menumpang dengan salah satu keluarga kami hingga akhirnya beliau bisa membuktikan bahwa ia bisa sukses dan berhasil seperti sekarang. Alhamdulillah, Allah swt sudah mempercayakan banyak hal kepada sang ayah dan itu semua tidak akan terjadi jika Dia tidak mengkehendakinya.
Sahabat, sejauh ini saya berharap kita semua dapat terus dan slalu harus untuk bersyukur kepada Allah swt untuk setiap keadaan dan mempercayakan kepada Allah swt serta tidak lupa pula berikhtiar dengan melibatkan-NYA. Karena sebagus apapun rencana kita, jika Dia tidak menghendakinya rencana itu juga tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.
Baiklah sahabat, saya rasa cukup dulu untuk cerita kehidupan kali ini. Saya ucapkan terimakasih banyak sudah membaca postingan di blog ini, dan semoga saya bisa terus berbagi pengalaman dengan anda semua sahabat. Semoga saya juga bisa menjalin silaturahmi dengan anda melalui kolom komentar yang tersedia ataupun personal chat social media lainnya. Terimakasih :D 

NB: 
- Mamak adalah panggilan kepada adik dari ibu di adat minangkabau 
- Mohon maaf untuk pict yang bisa diambil cuma sedikit. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar