Alkisah, ada seorang anak perempuan yang
saat ini ia berusia 22 tahun. Ia baru saja menamatkan studinya disalah satu
sekolah tinggi kesehatan swasta di kotanya September 2014 lalu, dengan jurusan
yang bukan keinginannya sendiri.
Bersyukur ia berhasil menyelesaikan
studinya tersebut dengan IPK 3,4an dan sampai saat ini belum memiliki pekerjaan
yang sudah selayaknya ia dapatkan karena ia ingin memiliki usaha yang bisa
membantu orang lain. Namun, beruntungnya ia adalah seorang yang terlahir dari
keluarga cukup mampu sehingga ia masih bisa bertahan dalam hidupnya, dan ia pun
tak pernah dituntut akan menjadi seperti siapa dia didalam keluarganya.
Aktifitasnya sehari-hari adalah membantu
usaha keluarganya, yaitu berjualan di toko sang ayah. Ayahnya yang sudah sedari
kecil mengajaknya ketoko membuat ia ketika dewasa mampu dan mahir dalam
berjualan dan memberikan pelayanan yang cukup baik terhadap pelanggan di
tokonya. Sehingga pernah terlintas dibenaknya bahwa tiada guna ikut perkuliahan
karena ia sudah bisa cari duit sendiri sebab ia pun digaji oleh ayahnya ketika
menolong di toko.
Kegiatan menolong ditoko itu ia kerjakan
di sela-sela waktunya yang kosong sejak sekolah dasar hingga setelah lulus
perkuliahan, bahkan sampai saat sekarang
karena ia tak pernah berniat mencari pekerjaan ke tempat yang seharusnya ia pun
harus bekerja, seperti klinik bersalin, rumah sakit, ataupun puskesmas. Dia
lebih memilih diam dan menolong keluarga di rumah atau bahkan mengerjakan
sesuatu yang membuat hatinya nyaman, seperti berkumpul dengan teman-temannya,
membantu temannya dalam pelaksanaan event seminar tertentu, atau kegiatan
sosial lainnya.
Suatu ketika, ia diminta abangnya untuk
menolong di toko yang notabene nya pun itu toko adalah punya sang ayah. Karena
pada saat itu, pekerja yang membantu di tempat abangnya tidak datang
dikarenakan sakit, dan alasan lainnya ia pun segera meluncur menuju toko
abangnya. Kebetulan sekali, pada hari itu adalah hari dimana ia harus mengikuti
sebuah forum perkumpulan yang cukup dikenal oleh seluruh Indonesia yaitu nya
forum TDA. Jadi, ia pun datang ke toko pukul 11.00 setelah pekerjaan dirumahnya
selesai dan harus mengikuti forum waktu itu pukul 16.00 wib. Sebenarnya dia
sendiri adalah ex-TDA, karena temannya yang membawanya ke perkumpulan tersebut
dia pun dijadikan sebagai salah satu bagian dari divisi event TDA yang pekerjaanya adalah memberikan informasi
setiap event yang diadakan oleh TDA
dikotanya.
Jadi, pada hari itu tema dari forum TDA
tersebut adalah “from Hobby to Money” yang di sampaikan langsung oleh
pembicaranya yaitu Bapak Ridwan Tulus, founder dari GreenTourism dan katanya
disana akan membahas mengenai Tour-Event Planner. Itulah alasan kenapa dia
ingin sekali menghadiri acara forum tersebut, dengan harapan dia akan membawa
ilmu baru mengenai tour & travel. Karena dia pun adalah seorang newbie yang
juga baru mengikuti salah satu paket travel yang akan dikelolanya dengan
harapan dari sanalah dia bisa mempunyai penghasilan dan bisa mewujudkan
impiannya.
Ketika waktu sudah menunjukkan pukul
16.00 lewat, dia pun berpamitan dengan abangnya untuk pulang lebih awal karena
ingin mengikuti acara tersebut. Singkat cerita, ketika saat berpamitan dengan
langsung mengambil langkah pergi dengan kendaraan bermotornya, ia pun di
teriaki oleh abangnya dengan kata-kata yang lebih kurang seperti ini “ kamu
keseringan ikut yang aneh-aneh diluaran sana, emangnya kamu dapat duit berapa
dari sana?” yang abang tahunya semua usaha yang kamu jalanin gak ada yang
bener, gak jalan satupun, malahan kamu cuma sering main aja yang nampak sama
abang, begitulah perkataan yang keluar dari mulut sang abang. Seketika itu juga
sebelum meluncurkan kendaraannya, dia menjawab perkataan abangnya dengan
berkata “ saya gak dapat duit disana, tapi cuma mau dapetin ilmu”. Itulah
sebuah cerita yang mengawali Headline kita kali ini, yaitu “Uang VS
Kebahagiaan”.
Ketika kejadian tersebut berlalu,
terpikir oleh saya apa tujuan saya hidup di dunia ini. Apakah saya ingin
mencari uang, atau inginkan kebahagiaan. Saya coba lempar pertayaan ini kepada
anda, jika disuruh memilih, manakah yang akan anda pilih diantara “Uang atau
Kebahagiaan”?
Jika anda berfikir bahwa uang bisa
membeli ‘segalanya’ termasuk kebahagiaan, coba renungkan kembali. Saya akan
kasih contoh kepada anda bahwa tidak semua bisa dibeli dengan uang. Misalnya
saja bagi anda yang sudah tidak punya orang tua, apakah anda bisa membeli orang
tua lainnya untuk bisa hidup bahagia bersama anda? Coba bayangkan ibu yang
selama ini merawat anda ketika ia sudah tiada, akan digantikan dengan orang tua
yang mungkin bisa anda bayar/ angkat, pertayaannya adalah apakah sama mereka
yang anda bayar dengan orang tua kandung anda? Jawabannya, tentu tidak akan
sama. Karena orang tua kandung kita lebih tulus dan ikhlas memberikan apa yang
kita minta tanpa syarat apapun. Sementara mereka yang anda bayar/ angkat
sebagai pengganti ibu anda mungkin ia bisa tulus dan ikhlas, namun itu takkan
sama dengan mereka yang benar-benar melahirkan kita dari rahimnya sendiri.
Itulah salah satu contoh yang bisa saya berikan mengenai uang bisa membeli kebahagiaan.
Kemudian, ada pernyataan yang sering
dibilang seperti ini, ‘uang bukanlah segalanya, tapi segalanya butuh uang’. Bagaimana
menurut anda? Jika saya yang dilemparkan pertayaan seperti ini, maka jawabannya
adalah benar namun kita harus coba pikirkan lagi apa maksud dibalik pernyataan
ini. Jujur, saya pribadi senang dengan pernyataan ini dan bahkan bisa dibilang sering
menggunakan pernyataan ini untuk menghibur diri saya pribadi ketika merasa
dibawah, supaya saya lebih bisa bergerak lagi. Karena menurut saya, kalimat ini
ada benarnya juga dimana memang semua kebutuhan kita mengharuskan kita memiliki
uang yang bisa mencukupi kebutuhan kita. Dan jika tidak memiliki uang maka kita
pun akan kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidup kita, karena itulah kita juga
harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan dan mencapai tujuan hidup kita. Namun
tetap harus kita ingat bahwa, uang bukanlah segalanya karena uang pun bisa
menjadi penghancur dalam kehidupan kita.
Kembali ke topik….
Bagaimana dengan Uang vs Kebahagiaan?
Menurut saya yang terpenting adalah apa yang kita butuhkan dalam hidup,
jadikanlah itu sebagai prioritas utama. Sebagai contoh, saya memang butuh uang,
bahkan tidak bisa dipungkiri bahwa memiliki uang memang bisa membuat kita
melakukan segalanya, seperti yang punya impian untuk naik haji, memberikan
hadiah untuk orang tua, belanja baju anak bagi yang sudah berkeluarga,
jalan-jalan, kumpul sama teman2, dan banyak lagi lainnya. Dan prioritas yang saya maksud disini adalah
ketika kita hanya memikirkan uang saja tanpa mendapatkan apa yang ada dibalik
uang tersebut seperti kebahagiaan, rasanya itu bukanlah suatu kesuksesan yang
belum bisa dijadikan prioritas utama dalam hidup kita. Bagaimana pendapat anda?
Baik, Saya akan bantu perjelas lagi
dengan menyampaikan bahwa tujuan saya hidup di dunia ini adalah bagaimana saya
bisa bermanfaat untuk orang lain disamping saya memang harus beribadah hanya
kepada Allah SWT. Dan karena itulah saya menulis headline yang mengganggu
pikiran saya ini, dimana tujuanya adalah untuk mengingatkan saya pribadi, dan
mungkin anda juga yang membaca tulisan ini.
Terakhir, kesimpulannya adalah jangan
prioritaskan uang dalam hidup karena uang adalah cobaan untuk kita bisa meraih
kebahagiaan atau sebaliknya.
Happy Reading and thanks for your time ^^
NB :
*Ini adalah artikel pertama yang saya
buat, apabila ada kesalahan atau kata2 yang kurang berkenan dari bacaan diatas,
mohon dimaafkan dan dibantu koreksi ya ^^
*Artikel ini saya buat bukan untuk
pamer, ceramahin/ngajarin yang membaca, tapi dibuat untuk saya pribadi sebagai
pengingat bahwa saya harus terus intropeksi diri dan terus belajar untuk setiap
keadaan. ^^